BeritaPemerintahan

Tradisi Ngikis di Situs Budaya Ciung Wanara; Menyambut Ramadan dengan Memurnikan Diri

Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, terdapat sebuah desa bernama Karangkamulyan. Desa ini menyimpan tradisi unik yang diwariskan turun-temurun, yaitu Tradisi Ngikis di Situs Budaya Ciung Wanara.

Tradisi ini dilakukan setiap menjelang Bulan Ramadan sebagai bentuk penyucian diri dan menyambut bulan suci dengan penuh kesucian.

Sejarah dan Makna Tradisi Ngikis

Tradisi Ngikis memiliki sejarah panjang yang terhubung dengan legenda Ciung Wanara, seorang pangeran sakti dari Kerajaan Galuh.

Konon, Ciung Wanara bertapa di Situs Pangcalikan, sebuah situs megalitikum yang terletak di Situs Budaya Ciung Wanara.

Tradisi Ngikis diyakini sebagai bentuk penghormatan kepada Ciung Wanara dan para leluhur.

Secara filosofis, Tradisi Ngikis memiliki makna yang mendalam. Kata “ngikis” berasal dari bahasa Sunda yang berarti “membersihkan”.

Tradisi ini melambangkan pembersihan diri dari sifat-sifat negatif dan hawa nafsu sebelum memasuki bulan Ramadan.

Dengan membersihkan diri secara fisik dan spiritual, diharapkan umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk dan khusyuk.

Rangkaian Acara Tradisi Ngikis

Tradisi Ngikis diawali dengan doa bersama dan ritual adat yang dipimpin oleh sesepuh desa.

Kemudian, para peserta tradisi, yang terdiri dari masyarakat Desa Karangkamulyan dan pengunjung dari berbagai daerah, membersihkan area Situs Pangcalikan.

Mereka menyapu, membersihkan lumut, dan mengganti pagar bambu yang mengelilingi situs.

Acara dilanjutkan dengan ritual “ngikis” atau mengikis lumut yang tumbuh di batu-batu megalitikum di Situs Pangcalikan.

Lumut yang dikikis kemudian dicampur dengan air dan diminum oleh para peserta tradisi.

Dipercaya bahwa air tersebut memiliki khasiat untuk membersihkan diri dan meningkatkan kesehatan.

Sebagai puncak acara, diadakan kenduri atau makan bersama. Para peserta tradisi menikmati hidangan tradisional yang telah disiapkan oleh masyarakat Desa Karangkamulyan.

Tradisi Ngikis ditutup dengan doa bersama dan saling bermaafan.

Nilai-Nilai yang terkandung dalam Tradisi Ngikis

Tradisi Ngikis mengandung nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan. Nilai-nilai tersebut antara lain:

  • Kesadaran untuk membersihkan diri: Tradisi Ngikis mengingatkan kita untuk selalu membersihkan diri, baik secara fisik maupun spiritual, sebelum memasuki bulan Ramadan.
  • Penghormatan kepada leluhur: Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan kepada Ciung Wanara dan para leluhur yang telah membangun Desa Karangkamulyan.
  • Gotong royong: Tradisi Ngikis dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat Desa Karangkamulyan dan para pengunjung. Hal ini mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan yang masih kental di masyarakat.
  • Pelestarian budaya: Tradisi Ngikis merupakan salah satu budaya warisan leluhur yang perlu dilestarikan. Tradisi ini menjadi identitas dan daya tarik Desa Karangkamulyan.

Tradisi Ngikis Warisan Budaya yang Perlu Dilestarikan

Tradisi Ngikis merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan. Tradisi ini tidak hanya memiliki nilai spiritual dan religius, tetapi juga nilai budaya dan sosial yang penting.

Tradisi Ngikis menjadi identitas dan daya tarik Desa Karangkamulyan yang dapat menarik wisatawan dan meningkatkan ekonomi masyarakat.

Pemerintah daerah, masyarakat Desa Karangkamulyan, dan berbagai pihak terkait perlu bekerja sama untuk menjaga dan melestarikan Tradisi Ngikis.

Tradisi ini harus ditanamkan kepada generasi muda agar tidak punah ditelan zaman.

Tradisi Ngikis di Situs Budaya Ciung Wanara merupakan tradisi unik dan penuh makna yang perlu dilestarikan.

Tradisi ini menjadi bukti kekayaan budaya Indonesia dan menjadi identitas Desa Karangkamulyan.

Mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan tradisi ini agar dapat diwariskan kepada generasi penerus. (adv)