Yayasan Kampung Angklung Mandiri (YKAM) di Desa Panyingkiran, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, resmi diluncurkan sebagai Desa Wisata Panyingkiran atau lebih dikenal dengan nama Kampung Angklung, Sabtu (24/08/2024).
Peluncuran ini dilakukan oleh Dr. H. Tatang, M.Pd., yang mewakili Dr. H. Herdiat Sunarya, Ketua Relawan Herdiat-Yana (HY) Bumi Galuh.
Acara pengukuhan ini diwarnai dengan permainan angklung yang dipimpin oleh Dr. H. Tatang bersama para pemain angklung dari Yayasan Kampung Angklung Mandiri, dan ditutup dengan turnamen olahraga Petanque.
Dalam sambutannya, Dr. H. Tatang menyatakan, Kampung Angklung ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai salah satu program pembangunan Kabupaten Ciamis ke depan.
“Kampung Angklung ini sangat luar biasa. Kenapa kita tidak membuat Kabupaten Ciamis ini dikenal sebagai Kabupaten Angklung? Dengan adanya Kampung Angklung, kita bisa membuat Ciamis dikenal oleh kabupaten dan kota lain, bahkan hingga ke mancanegara,” ujar Dr. H. Tatang.
Ia juga menekankan pentingnya perhatian pemerintah dalam mengembangkan Kampung Angklung sebagai potensi wisata yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Selain itu, Dr. H. Tatang juga menyampaikan rencana untuk membawa isu pengembangan Kampung Angklung ini kepada Dr. H. Herdiat Sunarya, yang menjadi calon tunggal Bupati Ciamis untuk periode 2024-2029.
Meski Dr. H. Herdiat tidak dapat hadir langsung karena ada kegiatan lain, Dr. H. Tatang memastikan bahwa informasi mengenai Kampung Angklung akan segera disampaikan kepada beliau.
“Saya akan sampaikan kepada beliau. Kami memohon doa restu dan dukungan warga Panyingkiran agar pasangan Herdiat-Yana (HY) kembali memenangkan Pilkada serentak 2024,” tegasnya.
Sebagai Ketua Relawan HY Bumi Galuh dan mantan birokrat, Dr. H. Tatang juga mengimbau warga Panyingkiran untuk berpartisipasi aktif dalam Pilkada Ciamis 2024.
Senada dengan Dr. H. Tatang, Ketua Yayasan Kampung Angklung Mandiri, Asep Suhara, menyatakan bahwa Kampung Angklung memiliki potensi luar biasa yang dapat dikembangkan lebih lanjut, mulai dari aspek ketenagakerjaan, ekonomi, hingga sosial budaya.
Menurutnya, pengembangan Kampung Angklung ini tidak hanya menarik untuk wisatawan, tetapi juga berpotensi untuk memberdayakan masyarakat lokal yang belum memiliki pekerjaan.
“Kampung Angklung ini sangat berpotensi untuk menarik wisatawan dan juga merekrut masyarakat yang masih menganggur. Ini sangat penting,” kata Asep.
Ia menjelaskan, di Kampung Angklung, selain ada produksi angklung, bahan bakunya sebagian besar juga berasal dari Ciamis, meskipun untuk bambu hitam yang berkualitas masih harus didatangkan dari Garut dan Tasikmalaya.
Dalam hal pemasaran, Asep mengungkapkan bahwa pemasaran untuk dunia pendidikan sudah cukup baik, namun untuk sektor pariwisata masih perlu ditingkatkan.
Produk-produk angklung dari Kampung Angklung saat ini sudah dipasarkan ke berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan luar Pulau Jawa, bahkan hingga ke luar negeri meskipun sempat terkendala kualitas produk.
“Ke depannya, kami berharap Kampung Angklung dapat memiliki tempat yang representatif untuk Sanggar Kampung Angklung, sehingga kami dapat menampilkan kesenian, produksi angklung, dan menjadikannya galeri penjualan angklung,” pungkas Asep.
Dengan pengembangan yang tepat, Kampung Angklung di Desa Panyingkiran ini diharapkan bisa menjadi destinasi wisata unggulan yang tak hanya dikenal di tingkat lokal, tetapi juga internasional.