Kabupaten Ciamis, tepatnya di Dusun Cariu, Kecamatan Sukadana, memiliki tradisi unik yang masih dijalankan secara turun temurun hingga hari ini.
Tradisi tersebut dikenal dengan nama Hajat Bumi Cariu, sebuah ritual tahunan yang menjadi simbol syukur masyarakat kepada alam atas limpahan rezeki, khususnya hasil bumi dari sektor pertanian.
Bentuk Rasa Syukur dan Kearifan Lokal
Hajat Bumi Cariu adalah wujud rasa syukur masyarakat Dusun Cariu atas panen melimpah yang mereka terima setiap tahunnya.
Melalui tradisi ini, mereka menghormati alam yang telah memberikan sumber kehidupan dengan membagikan hasil bumi seperti buah-buahan, umbi-umbian, sayuran, dan padi.
Tak hanya itu, dalam upacara tersebut, hasil bumi yang digantung di tenda-tenda acara akan menjadi rebutan warga setelah ritual selesai, melambangkan kebersamaan dan berbagi rezeki.
Sebagai tradisi yang kaya akan nilai budaya, Hajat Bumi Cariu juga telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2024.
Penetapan ini merupakan pengakuan atas pentingnya menjaga dan melestarikan tradisi yang tidak hanya mengikuti perkembangan zaman.
Namun juga tetap selaras dengan nilai-nilai agama Islam serta memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat setempat.
Ziarah dan Doa Bersama
Dalam rangkaian acara Hajat Bumi Cariu, masyarakat juga mengadakan ziarah dan doa bersama di Situs Makam Cariu atau yang juga dikenal sebagai Situs Eyang Candradirana.
Eyang Candradirana adalah tokoh penting yang berjasa membuka wilayah Cariu di masa lalu.
Pada mulanya, Cariu adalah sebuah desa yang kemudian menjadi kampung atau dusun yang dipimpin oleh Eyang Minta setelah kekosongan pemerintahan.
Sebagai bentuk penghormatan kepada Eyang Candradirana, makamnya dijaga dan dirawat dengan baik.
Tradisi Hajat Bumi ini diyakini sebagai salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh Eyang Candradirana dan dilanjutkan oleh generasi berikutnya, hingga saat ini tetap terjaga oleh masyarakat.
Perayaan, Hiburan, dan Botram
Salah satu momen yang paling dinanti oleh masyarakat dalam tradisi ini adalah ronggeng, di mana warga bersama-sama menari dengan penuh sukacita, menciptakan suasana meriah dan penuh kebersamaan.
Kegiatan ini mencerminkan kegembiraan warga dalam merayakan hasil bumi yang mereka peroleh, sekaligus mempererat hubungan antaranggota masyarakat.
Setelah rangkaian acara tersebut, tradisi ditutup dengan botram, yaitu makan bersama secara komunal.
Makanan yang sebelumnya digantung di tenda acara akan dibagikan dan dinikmati oleh seluruh warga yang hadir, menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan yang hangat.
Tradisi yang Terus Dijaga
Hajat Bumi Cariu tidak hanya sekadar ritual adat, melainkan juga bentuk pelestarian kearifan lokal dan warisan budaya yang kaya makna.
Tradisi ini mengajarkan pentingnya rasa syukur, menghargai alam, menjaga silaturahmi, serta kebersamaan dalam masyarakat.
Meskipun zaman terus berubah, masyarakat Dusun Cariu tetap menjaga esensi dari tradisi ini.
Mereka memastikan bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tetap relevan dan terus diwariskan kepada generasi berikutnya.
Dengan demikian, Hajat Bumi Cariu tidak hanya menjadi perayaan adat semata, tetapi juga simbol pelestarian budaya, penghormatan kepada leluhur, dan cinta kepada alam yang telah memberikan kehidupan.
Tradisi ini mencerminkan kearifan lokal yang patut dijaga, dipelajari, dan diapresiasi oleh generasi masa kini dan mendatang.